Jika anak Anda sakit,
terutama jika masih bayi atau balita, wajar jika Anda tidak ingin ia sakit.
Akan tetapi, memberikan solusi yang keliru justru malah akan memperburuk
keadaan si kecil. Ada banyak mitos
kesehatan anak yang ternyata masih saja dipercaya orang tua, baik itu
menyangkut kondisi tertentu maupun terkait kesehatan dan perilaku sehari-hari
anak. Jika mitos ini terus dipercaya, maka anak justru akan mendapat penanganan
yang tidak tepat terkait kesehatannya.
Apa saja mitos-mitos
yang terkait kesehatan anak serta fakta sebenarnya? Berikut beberapa di
antaranya yang paling populer.
Mitos Terkait Gejala Sinus
Ingus yang berwarna
hijau kekuningan sering disangka sebagai sinus, dan orang tua kemudian akan
cepat-cepat memberikan obat antibiotik. Padahal, ingus kuning kehijauan baru
bisa disebut sebagai gejala sinus jika berlangsung tak henti-hentinya selama
lebih dari seminggu hingga dua minggu. Plus, jika sinusnya tak disebabkan oleh
bakteri, memberikan antibiotik pun percuma saja.
Mitos Terkait Demam
Banyak orang tua
panik ketika si kecil demam, dan menganggap demam itu berbahaya bahkan
mematikan. Padahal, anak memang lebih cenderung terkena demam dibanding orang
dewasa. Plus, demam bukanlah penyakit itu sendiri, melainkan dari gangguan yang
mungkin lebih parah. Jangan bergantung pada obat demam saja, terutama jika
demam si anak mencapai angka 38 derajat Celsius. Sebaiknya segera bawa ke
dokter.
Mitos Terkait Tumbuhnya Gigi Susu
Banyak mitos kesehatan anak yang menganggap
penyakit tertentu sebagai gejala tumbuh gigi, mulai dari demam hingga diare.
Padahal, satu-satunya gejala tumbuh gigi adalah rasa sakit dan sikap rewel.
Anda harus curiga akan adanya penyakit lain jika anak juga menunjukkan gejala
penyakit lain seperti demam, ruam dan diare, bukan hanya soal tumbuh gigi.
Mitos Terkait Pemberian Susu saat Anak Sakit
Saat anak sakit,
banyak orang tua menolak memberi susu karena dianggap akan membuat si kecil
lebih parah sakitnya, misalnya mengembangkan lendir di hidung dan kerongkongan.
Padahal, susu sama sekali tak menyebabkan gejala-gejala tersebut. Malah, susu
baik sebagai sumber gizi sekaligus cairan yang sangat penting bagi si kecil
ketika ia sakit. Jika anak sudah bisa makan makanan padat, berikan bubur susu
yang dimasak bersama pisang, atau berikan pisang saja sekalian. Yang penting,
anak harus banyak minum.
Selain mitos kesehatan anak, ada juga mitos
terkait perilaku dan kebiasaan sehat, misalnya sebagai berikut.
Mitos Terkait Sereal untuk Tidur Nyenyak
Ada mitos yang
menyebutkan bahwa sereal sebelum tidur dapat membantu anak tidur nyenyak. Yang
benar: kebiasaan tidur dibentuk oleh pembiasaan sejak kecil (misalnya orang tua
membiasakan anak tidur di malam hari dan hanya mengajak bermain di siang hari),
dan tak ada hubungannya sama sekali dengan jenis makanan tertentu. Lagipula,
bagaimana jika anak Anda belum bisa makan makanan padat?
Mitos Terkait Multivitamin
Banyak orang tua yang
‘kalap’ memberikan multivitamin setiap hari untuk si kecil, dengan alasan bahwa
si kecil akan tumbuh lebih sehat dan lebih banyak mendapat asupan gizi.
Padahal, multivitamin bukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan,
dan Anda malah akan kehilangan kesempatan untuk mengajari anak pola makan yang
baik sejak dini. Cukup berikan multivitamin jika anak memang mengalami kekurangan
gizi atau gangguan hati yang berakibat defisiensi gizi.
Mitos Terkait Beberapa Perilaku Anak
Mitos yang sering
kita dengar antara lain: bayi harus diberi baby walker, harus segera dilatih ke
WC di usia setahun, dan tidak boleh dibiarkan tidur sendiri. faktanya, baby
walker justru tak disarankan karena malah berbahaya kecuali jika si bayi
diawasi, anak dilatih ke WC hanya setelah ia mengembangkan keinginan untuk
ganti celana dan tak mau lagi memakai popok, dan bisa dibiarkan tidur sendiri
hanya jika ia sudah cukup nyaman melakukannya.
0 comments:
Post a Comment