tips merawat bayi, panduan perawatan serta tips kesehatan dan nutrisi bayi balita indonesia

Wednesday 23 April 2014

Kenali dan Tangani Secara Dini Anak Penderita Autis

anak autis
Melihat anak tumbuh dengan sehat dan ceria adalah dambaan setiap orang tua. Namun adakalanya buah hati mengalami tumbuh kembang menjadi anak yang berkebutuhan khusus. Autis adalah kasus yang paling sering ditemukan. Anak dengan kasus ini akan mengalami kesulitan mengendalikan emosi dan berkomunikasi. Kekurangan pada anak ini akan menyebabkan kesulitan  bersosialisasi dengan lingkungannya.

Apa itu autis?

Autisme merupakan gangguan yang terjadi pada bagian otak dimana terjadi ketidaknormalan pengolahan informasi di otak. Saat berlangsung pengolahan informasi, terjadi penyimpangan sinapsis dan sel saraf yang menghubungkan dan mengatur kerja otak. Setidaknya ada lima masalah utama yang dihadapi oleh penderita, yaitu sosialisasi, emosi, komunikasi, perilaku dan persepsi.

Penderita biasanya mengalami gangguan dalam hal pendengaran dan bicara. Hal inilah yang menyebabkan permasalahan komunikasi dan sosialisasi penderita. Masalah persepsi pada penderita biasanya disebabkan oleh faktor neurobiologi. Mereka akan menganggap bising suara-suara tertentu dan merasa sakit saat disentuh pada salah satu bagian tubuh. Mereka juga sering merasa takut pada sesuatu yang sebenarnya jauh dari menakutkan.

Faktor-faktor penyebab autis

Otak manusia terdiri dari 100 miliar sel neuron yang saling terhubung. Sel neuron ini memiliki ribuan sambungan yang menyebar ke seluruh organ tubuh. Sambungan-sambungan ini akan mengirim rangsangan melihat, mendengar, merasa dan bekerja. Pada anak autis, sambungan-sambungan sel neuron mengalami kerusakan. Kerusakan ini menyebabkan kontrol emosi, komunikasi dan kontrol indera lainnya tidak dapat berkembang dengan optimal.

Autis pada anak, biasanya mulai terdeteksi saat anak memasuki usia 2 hingga 3 tahun. Kerusakan sel saraf ini sebetulnya sudah terjadi sejak janin masih dalam kandungan, saat janin masih berusia 3 bulan. Kelainan ini dapat disebabkan oleh gangguan nutrisi yang mempengaruhi perkembangan otak janin. Gangguan nutrisi ini biasanya disebabkan karena jamur yang tumbuh di lambung ibu hamil.Selain itu, kelainan ini juga dipicu oleh faktor keturunan, stress, diet, infeksi dan obat-obatan saat kehamilan. Gejala ini akan semakin terlihat tatkala anak memasuki usia sekolah. Anak akan mengalami kesulitan saat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-temannya

Gejala-gejala autis

Autis tidak dapat dideteksi secara dini melalui serangkaian tes darah maupun tes urine seperti kelainan pada umumnya. Gejala bisa diketahui melalui pengamatan perkembangan sosialisasi, komunikasi, emosi, persepsi dan perilaku anak. Tingkat keparahan gangguan akan berbeda antara anak yang satu dengan lainnya.

Gejala kelainan saraf ini sangat mudah dikenali. Gejala-gejalanya antara lain:
·       anak suka berbicara dengan bahasa yang sulit dimengerti oleh orang lain,
·       anak lebih suka dengan dunianya sendiri,
·       anak sulit berinteraksi dengan orang lain,
·       anak mengalami kesulitan berbicara, 
·       anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain,
·       anak tidak menunjukkan ekspresi,
·       anak menolak dipeluk,
·       anak suka mengulangi gerakan yang sama dan anak tidak memahami komunikasi atau perintah.



Gejala lainnya:

·       anak senang memperhatikan perputaran roda,
·       anak senang berlari-lari,
·       melompat-lompat,
·       berputar-putar dan senang memukul-mukul sesuatu.
·       Anak autis biasanya juga senang tertawa atau menangis sendiri dan sering mengamuk tanpa sebab.

Tiga tipe autisme

Ada beberapa tingkatan autisme yang biasa diderita anak, yaitu ringan, sedang dan berat.
·           Anak yang menderita autisme ringan menunjukkan sebagian gejala di atas. Anak masih bisa merespon lingkungannya, misalnya anak akan menoleh saat dipanggil walaupun kemudian anak akan kembali menyendiri.
·           Anak yang mengalami autisme sedang akan memberikan tanggapan pada stimulus yang kuat. Misalnya saat orang tua mengarahkan kepala anak untuk menatap mata orang tua, maka anak akan menatap mata orang tua walaupun hanya sesaat.
·           Tipe yang terakhir menunjukkan gejala yang lebih kompleks. Anak penderita autisme berat tidak akan memberikan respon terhadap stimulasi dari lingkungan.

Penanganan dan perawatan penderita

Orang tua sebaiknya merawat sendiri anaknya daripada menitipkannya di tempat pendidikan atau perawatan. Rumah merupakan tempat yang sangat ideal untuk tempat tumbuh kembangnya. Perawatan yang dilakukan oleh orang tua di rumah akan memberikan kesempatan penuh bagi anak untuk mendapatkan pembentukan mental yang lebih optimal. Anak sepenuhnya bisa mencurahkan keinginan dan kebutuhan mereka kepada orang tua.

Namun kenyataan di lapangan banyak orang tua merasa kurang percaya diri untuk merawat sendiri anak autis. Banyak orang tua yang memilih menitipkan anaknya ditempat perawatan dengan alasan tidak ada waktu untuk merawat anaknya. Merawat anak dengan kelainan ini memang membutuhkan kemampuan dan pengetahuan khusus. Selain itu orang tua juga harus cukup waktu dan sabar merawat anaknya. Apabila orang tua mengalami kendala menangani dan merawat anak sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.

Terapi untuk menstimulasi tumbuh kembang

Ada beberepa metode terapi yang bisa dilakukan bagi penderita autis, antara lain terapi akupunktur, terapi dengan lumba-lumba, terapi perilaku, terapi musik dan lain-lain.
·       Terapi akupunktur berfungsi merangsang perkembangan sistem saraf otak.
·       Pada terapi lumba-lumba, lumba-lumba akan mengeluarkan gelombang suara yang memiliki frekuensi tertentu yang mampu menciptakan keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri.
·       Terapi perilaku berfokus pada sosialisasi anak kepada lingkungannya dengan berbagai aktivitas.
·       Terapi musik akan memberikan stimulasi pada permukaan membran otak yang berfungsi pada perkembangan kemampuan berbicara dan pendengaran.

Terapi bisa dilakukan di rumah asal menggunakan metode yang tepat. Apabila orang tua ingin melakukan terapi di rumah sebaiknya mempersiapkan ruang khusus yang digunakan untuk terapi. Ruang terapi sebaiknya memiliki penerangan yang cukup dan memiliki sirkulasi udara yang baik agar anak merasa nyaman selama terapi berlangsung. Di ruang terapi orang tua menyediakan berbagai peralatan yang mendukung stimulasi perkembangan anak berkebutuhan khusus.

Berbagai terapi sederhana bisa dilakukan sendiri. Terapi rumahan yang bisa dilakukan antara lain menstimulasi anak untuk menirukan gerakan mengambil dan meletakkan sesuatu, mendengarkan musik hingga bermain game. Semua orang tua bisa melakukan sendiri terapi untuk anaknya. Melakukan terapi sendiri selain lebih hemat biaya, orang tua juga dapat mengetahui secara detail proses perkembangan anak. Keuntungan bagi anak yaitu anak akan merasa nyaman melakukan terapi karena dilakukan di rumah sendiri.

Terapi yang dilakukan, sebaiknya memadukan beberapa macam terapi. Berbagai terapi dilakukan bersama-sama agar hasil terapi lebih optimal. Bahkan pada taraf tertentu, penderita bisa bersekolah dengan normal dan menempuh pendidikan hingga jenjang tinggi


Kenali sejak dini agar segera tertangani

Orang tua sebaiknya waspada apabila anak belum mampu berjalan dan berbicara saat anak berusia dua tahun. Jangan menunda membawa anak ke dokter agar segera diambil tindakan intensif terhadap anak. Dokter akan memutuskan penanganan yang tepat atau bahkan memberikan obat anti alergi pada penderita. Banyak kasus, penderita autis biasanya merupakan pengidap alergi

Setelah mengetahui bahwa anaknya menderita autisme, hendaknya orang tua memperhatikan asupan makanan sang  anak. Orang tua sebaiknya mengurangi asupan makanan yang terbuat dari gandum atau mengandung kadar gula tinggi. Makanan seperti ini dapat memicu anak menjadi lebih hiperaktif.

Peran aktif orang tua sangat membantu perkembangan anak autis. Dengan penanganan dan terapi yang tepat dan kontinyu, anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Dukungan dan kesabaran orang tua merupakan kunci utama bagi kemajuan perkembangannya.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kenali dan Tangani Secara Dini Anak Penderita Autis

0 comments:

Post a Comment